Aku Terhempas
Jiwa dan ragaku bebas berkelana,
Namun sukma dan hatiku terpasung oleh
putus asa.
Meratap tabir yang tersirat penuh makna.
Dengan segenap khatulistiwa dalam doa,
Akankah ku dapat merajut suka dalam
nelangsa?
Kini bukan aku yang terlahir telat,
Atau karena alam semesta tak kuat,
Untuk mengandungku dalam kerak,
Namun hanya masa yang terus bergerak.
Bagai gelombang samudera tak beriak.
Kecewa. Sedih. Hampa. Tangis.
Berbaur dengan takdir manis
Yang akan ku dekap dengan jemari,
Meskipun jemari mungilku harus tersayat
perih.
Ku harus melangkah pasti dalam ironi.
Simbah telah pergi bersama kedamaian.
Aku tersesat dalam keramaian.
Hingga pada akhirnya,
Salah satu penyokong semangatku,
Rapuh dan tenggelam dalam sekotak tanah
kaku.
Haruskah ku pertanyakan, siapa lagi yang
akan pergi dariku?
Dapatkah Kau mencoba ,
Untuk merindu dengan makhluk dimensi
asing?
Mampukah Kau mendekap,
Sosok yang tak ada dalam wujud astral?
Ah, mungkin mudah bagiMu.
Dapatkah Kau mengajarkan aku, Tuhan?
Aku ingin mendekap mereka secara nyata.
Bukan hanya dengan doa.
Begitu pula rinduku agar berada dalam
realita.
Aku merana dalam setiap bait puitis.
Membuatku terlihat rapuh dan apatis.
Aku terhempas, jatuh sesal.
Aku terhempas lirih, Tuhan.
Oleh imaji yang Kau gambarkan.
Di atas perkamen suratan takdir alam.
Comments
Post a Comment