PIALA KONI KOTA SURABAYA IX - 2012

Tim Tapak Suci Piala Koni Surabaya IX - 2012
Para Pelataih Tapak Suci Surabaya


Yeah! Awalnya aku nggak ada niat sama sekali untuk mengikuti ajang ini. Tapi temanku (Amelia Rosita) dan pelatih cabangku (Mas Hamdi) terus-menerus memaksaku untuk ikut perlombaan tingkat se-surabaya ini. Setelah aku berpikir, toh nggak ada salahnya juga kalau mencoba. Tapi tetap harus dengan hati yang ikhlas. Dan aku juga ingin membalas kekalahanku di Piala Walikota yang lalu.


Dari awal aku pendaftaran, aku memilih kelas C yang berarti bobotnya alias berat badannya sekitar 45Kg-47Kg, karena berat badanku pada saat itu sekitar 45,5Kg. Tapi nggak tau dapat pemikiran dari mana, pelatihku menuliskan namaku di kelas A yang bobotnya antara 39Kg-42Kg. Aku memang sedikit kecewa, tapi entah kenapa aku merasa yakin untuk masuk di kelas A. Aku harus menurunkan berat badanku sekitar 5Kg dalam seminggu agar aku ada di zona aman. 


Pelatihku memberikan informasi bahwa aku harus berlatih intensif di pusat cabang perguruan 'Tapak Suci' yang kebetulan berada di jalan Genteng Kali. Seminggu aku berlatih di pusat cabang. Dengan semangat dan niat yang terus mempengaruhi otakku. Aku terus berusaha untuk menurunkkan bobotku. seminggu pula aku nggak makan nasi sama sekali. Semua makanan yang mengandung karbohidrat aku kurangi. Yang biasanya aku suka minum teh manis hangat, sekarang aku harus terpaksa menggantinya teh tawar hangat. Itu biar berat badanku nggak nambah lagi, guys.


Aku masih inget waktu aku di paksa jogging keliling kampung sama temanku cewek kelas F, Rachell namanya. Sebelum pelatih cabangku datang kita berdua sudah keliling satu kali. Ya, awalnya aku kira itu keberuntungan kita hari itu, soalnya cuma jogging 1 putaran aja. Tapi tiba-tiba Mas Hamdi datang dan langsung memaksa kami jogging sebanyak 3 kali putaran.

        Tanpa pikir panjang lagi, karena kita sudah benar-benar lelah. Akhirnya aku dan Rachell mengambil jalan pintas. Kita berdua bersama-sama menelusuri gang kelinci. Dengan perasaan was-was kita tetap fokus dan mencari jalan keluar. Dan saat itu ada penjual bakso, “Lho. Kok lewat sini? Tak bilangno pelatihmu lho nanti” Sial, Tukang bakso itu tau kalau kita lewat jalan pintas! Dengan cekakak-cekikik kita berjalan sampai akhirnya aku melihat Mas Hamdi lewat di ujung gang. Reflek aku berteriak keras dan bersembunyi di belakang mobil avanza hitam. Tanpa berpikir lagi, aku dan Rachell langsung lari dan meneruskan jogging kita yang di kawal oleh pelatihku, Mas Hamdi. Hahaha

        Seminggu sudah kami sudah berlatih di pusat cabang. Ini saatnya seleksi, karena dari beberapa kelas ada yang double. Seperti aku vs. Sylvi dari cabang Kenjeran di Kelas A Putri dan temanku Shihab vs. Slamet di kelas B Putra. Ada juga beberapa kelas yang hanya pantauan alias langsung resmi masuk jadi tim.

        Aku menang!! Aku berhasil masuk seleksi tim!! Doaku terkabul. Ini adalah tahap pertama agar aku bisa mendapatkan Emas di piala koni nanti. Semangatku semakin luar biasa. Niatku semakin lurus untuk maju di Piala Koni IX.

        Tanggal 6-9 Desember 2012, Piala Koni diadakan di SMP/SMA/SMK Kawung I. Aku bertarung keras dengan perguruan pencak silat lain. Piala Koni di ikuti oleh banyak perguruan. Contohnya seperti Tapak Suci, Perisai Diri, PSHT, Pagar Nusa, Joko Tole, Pamur, Dan masih banyak lagi yang aku lupa.

        Hari pertama, aku sama sekali nggak masuk gelanggang untuk bertanding. Hari pertama aku gunakan untuk jogging di luar gelanggang. Karena berat badanku over 1Kg dari yang di tentukan. Oke, malu awalnya. Orang-orang melihatku dengan penuh tanda tanya. Tapi dari sinilah mentalku di uji. Tak masalah!

        Hari kedua, aku akan masuk gelanggang nanti pada partai 15 (kalau nggak salah). Pertandingan pertamaku di piala koni. Aku melawan kelas A Putri dari perguruan Joko Tole. Tiga partai sebelum partaiku, aku mempersiapkan diri. Mengganti baju perguruan, memakai pengaman, pemanasan dengan benar, berdoa sebanyak-banyaknya. Tapi sebelumnya, para atlit di wajibkan untuk menimbang ulang berat badannya beberapa menit sebelum bertanding. Setelah timbang berat badan selesai, aku bersama teman-temanku yang satu tim. Berdiri lalu melakukan tos kita sambil berteriak dan semangat. “TAPAK SUCI SURABAYA. SEMANGAT, KOMPAK, WANI TOK!!” Itu cukup membuatku ikut bersemangat dalam bertanding.

        Dengan badan yang masih sedikit lemas, akibat kekurangan karbohidrat. Aku dan pelatihku memasuki ujung gelanggang di sudut merah. dengan sergap aku memakai Body Protector, mengikatkan sabuk berwarna merah di tubuhku, lalu mengucapkan salam dan memasuki gelanggang dengan garang, kurasa. Syukur, dengan kehendak Allah aku mampu memenangkan pertandingan pertama ini.

        Hari Ketiga, hampir sama dengan hari kedua. Tapi hari ini aku melawan kelas A Putri dari perguruan Pamur. Lawanku lebih tinggi ketimbang aku. Aku jadi ingat saat pelatih cabangku (Mas Keceng alias Mas Taufiq) bilang padaku, “Dekati terus kalau lawanmu lebih tinggi dari kamu. Tapi jaga jarak kalau lawanmu lebih pendek dari kamu” Akhirnya dengan keberanian aku dekati dia terus, aku keluarkan tendangan sabit kananku lalu pukulan katakku, circle, dan harimau belakangku. Dan pada akhirnya aku menang untuk yang kedua kalinya. Aku menang!! Aku masuk final!!

        Hari terakhir, ini adalah hari yang benar-benar menentukan kemenanganku. Aku bertanding di partai 2 setelah istirahat, sekitar jam 13:10. Aku melawan kelas A Putri dari Perisai Diri yang pada dasarnya dia adalah temanku. Jujur, aku nggak tega kalu harus melawan temanku sendiri. Karena aku tau dia punya penyakit yang mungkin… ya begitulah…

        Seperti biasa, 3 partai sebelum aku bertanding aku mempersiapkan diri, timbang berat badan, dan melakukan tos bersama. Sebelumnya aku mengirim pesan pada Ibuku untuk meminta doa restu dari beliau, dan beliau membalasnya, “Iya, nak. Main yang bener. Ibu berdoa” ingin sekali rasanya Ibu di sebelahku saat itu. Lalu aku telepon ibuku dengan sedikit tersedu-sedu.

Ibu   : Halo, mbak?
Aku  : Bu, aku main (nangis).
Ibu   : Iyo… iyo… tak doain menang, mbak.
Aku  : Amin.
Ibu   : Lek pas main ojok grogi. Doa seng akeh, mbak. Uwees, Ibu kerja ini.

        Air mata ini benar-benar nggak bisa di tahan lagi. Susah. Aku malu karena aku menangis di depan teman-temanku, ku usap air mataku agar semua tak tau. Tapi amel malah buat woro-woro. Dalam hati aku masih ingat janjiku pada diriku sendiri, membawakan medali emas untuk Ibuku dan sahabatku yang sedang berbaring di Rumah Sakit, Bayu.

        Kali ini aku mendapatkan sudut biru. Dengan sekuat tenaga aku bermain, semangat teman-temanku memberi cambuk untukku. Doa juga tak lupa ku ucapkan. Aku mencoba untuk fokus dan tetap fokus. Sesak paruku ku biarkan saja. Dalam benakku, “seng penting aku menang!!” Sayangnya tidak seperti yang aku harap, aku kalah. Selesai bertanding. Aku benar-benar menangis waktu itu. Aku ingat!! Aku menyesal karena aku merasa nggak maksimal dalam bertanding. Aku kalah!! Aku nggak bias banggain Ibu. Maaf!

        Ketika penerimaan medali, aku berbaris di kelas A Putri urutan kedua. Yang artinya aku peringkat 2 dan akan mendapatkan Perak, bukan Emas. Ini jalan Allah, aku tetap harus bersyukur. Tapi yang cukup membuatku bangga adalah ketika Tapak Suci mendapatkan Juara Umum karena mendapatkan 8 Emas, 4 Perak, dan 3 Perunggu. Alhamdulillah.


Pembagian medali. Alhamdulillah, suasana warna merah memenuhi tiap barisan
Aku, Amel, Desi

JUARA II KELAS A PUTRI (Perak)

Comments

Popular Posts